Selasa, 21 Juni 2011

aku bangga menjadi warga Indonesia

Jawaban spontanku tentu saja : “Ya iya laaaah… masa ya iya… (terusin deh, basi banget kalau aku yg terusin hehe)” Tapi, seperti biasa, jawaban emosional itu segera dilanjutkan oleh otak pemikirku, “Apa coba yg buat kamu bangga ?” Emosiku terdiam. Untunglah otakku tidak. Dan akhirnya, setelah merumuskan selama beberapa jam, di saat mata mulai terbuai kelam, aku pun berhasil merumuskan alasan-alasan itu.

Aku bangga pada hutan Indonesia. Meskipun hutan kita dihujat oleh negara tetangga (yg cuma segelintir persen dari populasi dunia) karena asapnya mengganggu pernafasan mereka, tapi harus diakui bahwa hutan yg sama itulah yg mensuplai O2 untuk dunia. Hutan kita adalah salah satu dari paru-paru dunia, bahkan mungkin satu-satunya paru-paru Asia. Seandainya negara tetangga itu dimasukkan box kaca, dan dibiarkan menghirup O2 hasil taman-taman nasionalnya saja, aku yakin tak lama mereka akan mati lemas. Justru karena saking besarnya produksi O2, sangat sulit menjinakkan api yg terlanjur membakar hutan itu. Tetap, di sini aku tidak membenarkan pembakaran hutan. Apapun alasannya, aku menentang pembakaran hutan itu. Seharusnya, menyadari pentingnya hutan bagi tubuh dunia, kita harus menjaganya, tidak menabangi pohon-pohonnya. Lha, pemasukan dari ekspor kayu hilang donk ? Ada ide alternatif (menurutku agak egois sebenarnya, tapi daripada hutan dibakar?) dari Brazil, yaitu negara ini berjanji mempertahankan hutannya dengan imbalan uang. Hmm.. bukannya mempertahankan hutan itu kewajiban ya ? Kok malah dikomersiilkan ? Dunia .. dunia…
Aku bangga pada Bahasa Indonesia. Ya, bahasa indonesia yg ribet, sulit, dan terkadang ndesa sehingga malu untuk dipakai itu. Kenapa? Karena ternyata Bahasa Indonesia itu begitu kaya artikulasi sehingga kita tidak terlalu sulit mempelajari bahasa asing yg lain. Bandingkan dengan orang-orang bule yg mayoritas kesulitan melafalkan huruf ‘R’ dengan sempurna. Apalagi bangsa Jepang yang melafalkan ‘empat’ menjadi ‘umpat’ karena tak bisa mengucapkan ‘e’. Bangsa kita bahkan cukup mudah menguasai bahasa Jerman karena hobi meludah (nggak nyambuuuunnngggg… delete.. delete… :P ) Selain itu, kita harus bersyukur bahasa Indonesia mengandung banyak serapan dari bahasa lain dan tidak asli bahasa Melayu. Kalau tidak, bangsa kita akan semakin sulit lepas dari perbudakan karena kita selalu memanggil anak-anak dengan ‘budak’, tak ada wanita yg berdandan karena takut dibilang ‘seronok’ (cantik), dan … anak-anak kita di rumah hobinya bermain dengan ‘batang kesenangan’ (joystick) LOL :) )
Aku bangga pada Pemerintah Indonesia, karena meskipun lemot, korupsi, goblok, dll.. dsb.. pemerintah kita sudah bersusah payah mempertahankan daerah kekuasaan RI (Habibie era not included). Tidak mudah mempertahankan suatu kekuasaan, terutama dengan wilayah yg besar plus terpencar-pencar seperti Indonesia. Dan sangat tidak membantu jika kita cuma bisa menghujat pemerintah, atau bahkan malah menjual pulau ke negara lain.

Aku bangga pada Bangsa Indonesia yg telah dengan gagah berani berjuang hidup dari tindasan ekonomi. Bangsa kita memang terpuruk, tapi paling tidak bangsa kita masih berani terpuruk sendiri. Tidak seperti negara ‘penguasa’ yg takut jatuh sehingga melemparkan beban keterpurukannya pada negara-negara ketiga (termasuk Indonesia). Cuma, bodohnya … kok kita mau ya menerima beban itu ? Jangan tanya aku … aku juga tidak tahu.. beneran deh, suwer ewer ewer..
Aku bangga pada Kekayaan Indonesia yg menyebabkan bangsa kita tidak pernah sepi dari ancaman bangsa lain yg ingin merebut kekayaan kita. Berabad-abad yg lalu, bangsa kita dijajah karena kekayaan alamnya. Saat ini pun, bangsa kita tak pernah lepas dari lirikan penjajah (dengan metode lain, tentu saja) masih karena kekayaan yg sama. Klaim batas wilayah ? tentu saja karena laut kita tempat hidup milyaran ikan. Tanah dan pulau ? Mereka tentu mencium bau minyak, intan, aspal, dll dsb di sana. Saking kayanya bangsa ini, kita jadi meremehkan kekayaan itu sendiri. Tidak menganggap hal itu sebagai kekayaan. Akibatnya, kita tidak peduli, karena bagi kita itu tidak kurang berharga. Bangsa ini perlu sadar akan kekayaannya, sehingga bisa peduli dan mau ikut mempertahankan kekayaan itu.
Aku bangga pada Harga Diri Bangsa Indonesia. Kita memang ‘hobi’ membajak. Dulu membajak sawah, sekarang membajak film hahaha :D Tapi kalau ditanya, ini bajakan ? Dengan jujur akan dijawab, “Iya” :P Meskipun bangsa kita termasuk bangsa yg dicap “pembajak”, tapi bangsa kita masih punya harga diri untuk tidak mengklaim budaya bangsa lain sebagai budayanya. Setahuku, kita tidak pernah mengklaim tari Barongsai sebagai tarian asli Indonesia, meski klub Barongsai menjamur di mana-mana. Kita juga tidak pernah mengklain tempe sebagai makanan nasional Indonesia, meski tempe telah mengisi perut bangsa kita sejak jaman bahuela. Kita sudah terlalu kaya, jadi tidak perlu lagi mengklaim budaya orang lain. Walau begitu, kembali ke persoalan peduli, kita harus peduli terhadap budaya kita sendiri biar tidak diklaim oleh negara lain, donk … :D
Aku bangga pada Tanah Air dan Ibu Pertiwi Indonesia. Bahkan tanpa 6 alasan di atas, aku tetap bangga pada Indonesia sebab dia lah rumahku, yg memberiku udara untuk bernafas, air untuk diminum, tanah untuk dipijak, hasil bumi untuk dimakan. Satu-satunya negara di mana aku bisa berkata “pulang”, tempat di mana keluarga dan handai taulanku berada. Jauh dari sempurna memang, tapi aku tidak ingin menukarnya dengan apa pun.

Memang, aku cuma bisa memikirkan 7 alasan ini. Tapi tidak masalah, bukan? Tidak perlu banyak alasan untuk mencintai seseorang, apalagi untuk mencintai rumah sendiri. Cinta adalah cinta. Aku tidak bermaksud mengecilkan, apalagi menghapus, segala keburukan yg sedang terjadi di negeri ini. Hanya saja .. begitu mudah mengatakan hal-hal buruk tentang Indonesia. Sangat mudah bahkan, sehingga kita menjadi benci (dan menyesal ?) menjadi bangsa Indonesia. Kita tidak lagi mencintai Indonesia. Padahal rasa cinta adalah alasan terkuat untuk peduli. Kuharap tulisan ini bisa menjadi inspirasi yg lain untuk mulai menemukan perasaan cinta pada bangsa Indonesia, sehingga kita kembali peduli. Cukup peduli untuk tidak hanya merutuki pemerintah dan orang-orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar