Minggu, 13 Februari 2011

Kronologi Meninggalnya Ibunda Hj. Siti Sa'diyah

Kronologi Meninggalnya Ibunda Hj. Siti Sa'diyah Apr 1, '09 2:59 AM
for everyone



Kronologi Meninggalnya Ibunda Hj. Siti Sa’diyah

Oleh: Ahmad Sadeli Arif

Ibunda Hj. Siti Sa’diyah Binti KH. Elon Syuja’I (yang lebih dahulu ditinggal suami tercinta KH. Ahmad Dimyati, 21 April 2001) tak kuasa menahan derita kanker di tubuhnya dan menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Kanker ‘Dharmais’ Jakarta, Jum’at, 20 Maret 2009 pukul 16.25 dihadapan putra-putrinya (kecuali Zahir dan Fisarah Hidayati) dan kerabatnya, dalam usia 51 tahun dengan meninggalkan 7 orang anak, yaitu Mochamad Yazid Syagof, S.Pd.I, Lc, Mochamad Affan Afifi, Mochamad Fachrurrozi, Desy Maziah, Lala Lahiyatul Uyun, Mochamad Zahirul Hadi dan Fisarah Hidayati.

Sejak awal Januari 2009, Ibunda Hj. Siti Sa’diyah yang biasa dipanggil Bu Diah/Teh Diyah/Teh Iyah mulai menderita batuk ringan berkepanjangan. Hal ini sudah sering diperingatkan putra dan kerabatnya untuk segera diperisakan ke dokter. Namun Ibu –yang jarang sakit- memang paling malas untuk berobat ke dokter untuk dirinya. Bahkan pada akhir Januari 2009, Ahmad Sadeli Arif (Arif) –keponakan- yang melihat gejala batuk Ibu yang makin menjadi –intensitasnya makin tinggi- mengingatkan dengan sedikit memaksa bahwa menurut dokter semua jenis batuk tidak ada yang dapat dikatagorikan biasa, tetapi semua batuk pasti ‘luar biasa’ –ada organ yang tak ‘beres’- “apalagi batuk teteh yang kaya begini, jadi harus segera ditangani dokter secara serius” tutur Arif. Sambil meminta kepada putra tertuanya Yazid untuk memaksa mamahnya berobat ke dokter secara intensif.

Atas desakan putra-putranya (dua putrinya yang dewasa Desi Maziah dan Lala Lahiyatul Uyun sedang studi di Universitas Antar Bangsa, Malaysia) akhirnya Ibu ‘mau’ berobat ke dokter, dan benar, dokter mendiagnosis system pernafasannya terganggu, yang dibuktikan dengan hasil rontgen thorax-nya yang menunjukkan ada hal yang tidak normal pada organ parunya. Indikasi kearah penyakit Typus sangat kuat. Maka Ibu mulai mengkonsumsi obat dari dokter untuk menunkan intensitas batuk dan demamnya. Mendengar kondisi Ibu seperti itu Arif yang saat ini mengasuh Pesantren Modern KULNI –yang didirkan almarhum KH. Ahmad Dimyati- di Cikande Serang Banten segera berangkat ke Bogor untuk memberikan ‘support’ agar semangat Ibu untuk sehat benar benar baik, dan dalam kesempatan itu pula sempat memberikan obat typus kapsul produk Schin Sech. Namun seminggu dari itu keadaan tidak membaik, bahkan intensitas demam semakin sering dan tinggi.

Sampai pada suatu hari, Yazid menelphon Arif bahwa kondisi mamahnya sangat memperihatinkan, “A’ mamah sakitnya bertambah parah, tapi mamah tidak mau dirawat” imbuhnya. Akhirnya Saya (Arif) mencoba membujuk Ibu memalui SMS seperti ini: “ Ass. Teh, kita semua tidak ingin sakit Teteh bertambah parah, makin lambat ditangani dokter, maka akan semakin lama untuk dapat disembuhkan”.

Minggu, 8 Februari 2009

Beberapa waktu kemudian Yazid memngabarkan bahwa ‘Mamah bersedia dirawat di Bogor Medical Center –BMC-‘ alhamdulillah.

Tak lama sejak kejadiun itu kondisi kesehatan Ibu terus menurun yang diperparah dengan rasa demam panas yang tinggi sewaktu-waktu sering mendera.

Dokter mendeteksi ada ‘tumor’ pada bagian perut. Guna meyakinkan dugaan tersebut dokter merujuk ke RS PGI Cikini untuk melakukan scanning.

Kamis, 12 Ferbruari 2009

Scanning Di RS PGI Cikini. Dipastikan Terdapat Tumor, dan harus dioperasi.

Kesan: tumor padat intrapentoneal kanan bawah, CT scan organ-organ mayor abdomen-plevis lain tidak terlihat kelainan.

Kondisi ini membuat yazid mengadakan rapat keluarga dan pengurus pesantren mengenai tindak lanjut hasil scanning.

Rapat dihadiri oleh Yazid, Asep Sugandi, Sarif Hidayat, H. Ahmad Yani, Rahman, Ahmad Sadeli Arif, H. A. Damanhuri, Abdul Rozak.

Dalam rapat dimuncuklan dua opsi: Pertama (Asep Sugandi) mengusulkan untuk usaha pengobatan alternatif. Kedua (mayoritas) mengusulkan melanjutkan rekomendasi dokter untuk dilakukan operasi. Setelah perdebatan ringan akhirnya Opsi kedua yang disepakati.

Dalam upaya tindakan operasi muncul ‘second opinion’ dari dokter internal BMC, bahwa sebaiknya Ibu dioperasi di RS Dharmais Jakarta. Atas saran tersebut, Yazid berupaya kontak telphon ke RS Dharmais untuk booking tempat, namun semua penuh. Beberapa hari menunggu, tetap sama. Kondisi Ibu semakin melemah, akhirnya pihak kita sepakat operasi dilakukan di BMC.

Rabu, 18 Februari 2009

Dilakukan operasi Jam 17.00-21.00 dengan hasil sukses. Tumor sebesar -+ 20cm berhasil diangkat tim dokter operasi.

Keadaan Ibu sedikit membaik.

Hasil operasi dianalisis dokter, dan yang ‘menyesakkan’ tumor yang bersarang di tubuh Ibu tergolong salah satu tumor yang paling ganas di dunia. Sehingga harus ada therapi kemoh dsb, dan itu hanya dapat dlaksanakan di RS Dharmais Jakarta.

Jum’at, 27 Februari 2009

Keluar dari RS BMC dan pulang ke Lido

Selasa, 10 Maret 2009

Ibu masuk RS Dharmais, untuk theraphi lanjutan (walaupun sebelumnya Ibu sempat menolak untuk dikemoh, namun kemudian bersedia). Theraphi Kemoh adalah upaya membunuh jaringan kanker yang tumbuh di sel darah dengan cara memasukkan obat khusus melalui jalur infus.

Kamis, 12 Maret 2009

Dilaksanakan Kemoh tahap I (obat standar) Jam 20.00, sesaat setelah kemoh kondisi nafas Ibu tidak stabil, terengah-engah, sempat down sampai jam 01.00. Pagi harinya membaik namn menjelang sore nafas kembali tergannggu, nafasnya sangat pendek sekali.

Jum’at ,13 Maret 2009

Akhirnya Ibu masuk ruang ICU pukul 17.30. Dan dilakukan tindakan sesuai prosedur dokter, dipasang alat deteksi jantung, dsb, dan kemudian karena fungsi paru yang melemah terpaksa dipasang fentilator (pompa) paru.

Minggu, 15 Maret 2009

Tim dokter memanggil keluarga untuk bermusyawarah apakah pengobatan akan dilanjutkan atau dihentikan /alat dicabut.

Senin, 16 Maret 2009

Pukul 11.00, di Musholla Lt.3 RS Dhamais berlangsung rapat keluarga, untuk menetapkan langkah berikutnya. Dalam rapat floor menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga yang diwakili Yazid, artinya apapun keputusannya maka akan didukung sepenuhnya. Dalam rapat Yazid memutuskan, bahwa pengobatan harus dilanjutkan sampai titik terakhir, bila saat ini dihentikan maka sama artinya dengan ‘membunuh’ mamah. Akhirnya semua sepakat.

Kamis, 19 Maret 2009

Terjadi muntah cairan berwarna kehijauan.

Jum’at, 20 Maret 2009

Pukul 15.30 terjadi kondisi koma, jantung sempat berhenti kemudian dibantu dengan alat dan muncul kembali, untuk kemudian pukul 16.25 Ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir dihadapan putra-putrinya dan Dayat, Oji, Ucok, Asep Sugandi, Opik,Barok. Allahumma yarham, amin.

Pukul 18.00 Kelaur dari ruang ICU

Pukul 19.30 berangkat ke Bogor

Pukul 22.00 Tiba di Lido dan langsung dimandikan serta dishalatkan.

Sabtu, 21 Maret 2009

Acara pemakaman dimuali jam 07.00 dan selesai 10.00

Shalat mayit dipinpin putranya Yazid, do’a dibacakan oleh Mualim Noh (tokoh masyarakat), Sulaeman Efendi (Pimpinan Pondok Pesantren Manahijussadat,Lebak, Ust. Bahrudin.

SEMOGA AMAL-IBADAH IBU DITERIMA DISISI ALLAH, AMIN.

Dan semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kesabaran dan kekuatan untuk melanjutkan estafeta perjuangan kedua orang tuanya membesarkan Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido Bogor dan Pesantren Modern Kulliyyaul Al-Naasyiin Al-Islamiyyah (KULNI) Cikande Serang Banten. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar