Puisi-puisi Cinta Freya
freya 12 Juli 2008 puisi 16,205 views 75 CommentsPrint This Post Print This Post Email This Post Email This Post
Tak Berpilihan
Dear,
Bukan waktu singkat aku dan kau hingga di tempat ini
Bukan selalu melewati hari cerah kita berjalan hingga di tempat ini
Banyak petir menggelegar, banyak hujan badai menghantam
Sekedar menguji apakah aku dan kau hingga di tempat ini, terus bersama hingga di surga nanti
Selalu bersama sampai matahari berubah petang lalu kelam
Pernahkah kau sadari, seletih apa kaki kita melangkah
Menyusuri setiap peluh juga tawa riang
Mengais setiap tusukan juga pelukan
Bukanlah dendam yang ingin kukenang
Namun kecupan yang ingin kusimpan
Bertabur dan berhias keikhlasan dan berkah
Dengar sayang,
Bila waktu berputar dan kau mengingkar
Betapa hancur lebur jiwa serta raga
Rasakan sayang,
Andai buih kebohongan meluruh di sisi hati
Betapa pedih pilu meradang
Aku tetap manusia biasa
Dengan canda manja dan amarah
Aku tetap gadis setia
Walau kau melupa meski sesaat
Dan aku tetap ingin memelukmu
Demi segenap rindu yang mengiris kalbu
Lalu merapuh
Seandainya aku menua, hingga tiada lagi warna merah merona
Adakah kau setia bersamaku, memeluk tubuh yang kian merapuh
Seandainya Tuhan mengambil kembali jemariku
Adakah kau sudi menyisirkan rambutku
Adakah kau tetap bersamaku, dengan senyum dari lubuk hatimu?
Ataukah kau berteriak kencang, HANYA MIMPI, Freya
Lalu kau berlari sejauh mungkin dari rengkuhanku
Belasan hari menunggumu, memohon senyum keindahanmu
Puluhan waktu menunggumu, meminta sentuhan hati terlembutmu
Sadarlah sayang,
Adalah kau yang hadir di semua mimpi indah bahkan mimpi burukku
Atas semua bentangan waktu yang berjajar rasa sakit dan kebanggaanku akan dirimu
Aku berharap untuk selalu memelukmu ketika setiap detik berdetak bersamamu
Aku berharap untuk selalu menyentuhmu ketika kau bermuram meragu
Aku berharap untuk selalu membelaimu ketika kau terbaring dalam sedihmu
Aku berharap untuk bisa berikan tubuhku ketika kau marah dan ingih menjauh
Dan,
Aku berharap akan pelukanmu ketika letih kakiku
Aku berharap akan candamu ketika aku melempar amarah padamu
Aku berharap belaianmu ketika aku membeku dalam keras kepalaku
Aku berharap kecupanmu ketika aku merasa cemburu, dan teriaklah pada dunia bahwa aku hanya milikmu
Aku berharap senyummu ketika aku bertanya mengapa dunia jahat padaku
Aku hanya mengharapmu,
Namun bila Tuhan bertanya padaku,
Andai aku boleh meminta; bersamamu atau berpisah darimu
Aku akan menjawab,
Tuhan, ambil saja nyawaku
Saat Kehancuran,
bila waktu bertanya padaku soal hati
Aku sedang mengubahnya menjadi baja
Bila waktu bertanya soal jiwa
Kehancuran tiada menyisa
Titik titik air mata membawaku hanyut dalam keresahan
Saat Sang Kuasa bersabda
Inikah untuk meluruskan kegelisahaan
Banyak dosa kubuat
Banyak sadar kupunya
Namun itu hanya angin lalu
Bisikan usang di hati yang terlupa demi nikmat sesaat
Aku ingin kembali
Tapi kakiku putus satu
Sungguh, ingin aku kembali
Menyemai benih iman lugu
Menanami ladang surga
Sungguh, ingin aku kembali
Mendengar firman lalu berbangga
Aku ingin kembali dari kehancuran
Aku ingin kembali menjejali jiwa dengan sabda Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar