Minggu, 06 Februari 2011

Perbedaan Ushul Fiqh dengan Kaedah Fiqh (al-Qawa'id al-Fiqhiyyah) Lebih lanjut tentang: Perbedaan Ushul Fiqh dengan Kaedah Fiqh (al-Qawa'id al-Fiqhiyyah)

Perbedaan Ushul Fiqh dengan Kaedah Fiqh (al-Qawa'id al-Fiqhiyyah)
oleh: putraandalas

* Summary rating: 5 stars (3 Tinjauan)
* Kunjungan : 16
* kata:600
*

More About : kowaid ushul fiqh


Tidak sedikit orang mempunyai anggapan bahwa Ushul Fiqh dan kaedah fiqh merupakan dua hal yang sama. Ini lantaran kedua-duanya merupakan kumpulan kaedah-kaedah kulliyyah, yaitu rumusan-rumusan dasar yang mengandung banyak komponen (juz’iyyat) di dalamnya. Padahal kenyataannya, kedua-duanya merupakan disiplin ilmu tersendiri dan amat berbeda, baik dari segi proses maupun tujuan pembentukannya.
Aspek-aspek perbedaan kedua disiplin ilmu tersebut sebagaimana dalam paparan berikut ini :
a. Ushul Fiqh mengandung kaedah-kaedah ushuliyyah yang dapat digunakan untuk menggali hukum-hukum (fiqh). Dengan demikian, Ushul Fiqh merupakan petunjuk bagi seorang mujtahid untuk dapat sampai pada aktivitas penggalian hukum-hukum fiqh berlandaskan pada sumber-sumbernya. Dengan kata lain, Ushul Fiqh merupakan alat yang dapat dipergunakan seorang mujtahid untuk keperluan istinbath hukum.
Sedangkan kaedah fiqh merupakan suatu kumpulan yang mengandung beberapa cabang fiqh di dalamnya. Kaedah fiqh ini dapat dibandingkan dengan teks-teks syara' (nushush) yang mengandung beberapa makna dan pengertian amat banyak pula di dalamnya. Hal ini seperti persamaan antara kaedah fiqh:
الأمور بمقا صدها
Artinya: “Sesuatu perkara itu bergantung pada maksud dan tujuannya”
dengan teks syara' berikut :
إنما الأعمال بالنيات

Artinya: “Sesungguhnya amal perbuatan itu bergantung pada niatnya". HR Imam al-Bukhari dan Muslim.
Kedua teks tersebut memuat beberapa unit pengertian hukum yang memang menempatkan niat pada posisi strategis untuk mengukur kualitas dan keabsahan perbuatan itu sendiri. Contoh-contoh dalam masalah ini amat banyak, seperti perbuatan sembahyang, zakat, nikah, talak, jual beli, pencurian, perzinaan, pembunuhan dan lain-lain. Penempatan niat dalam perbuatan-perbuatan tersebut amat penting untuk menilai kualitas dan tingkat keabsahan amal perbuatan itu sendiri.
Contoh perbandingan lain adalah segi persamaan antara kaedah fiqh:
المشقة تجلب التيسير
Artinya: “adanya kesukaran itu dapat mendatangkan hukum keringanan”)
dengan teks wahyu :
لايكلف الله نفسا الا وسعها
Artinya: “Allah tidak memaksakan seseorang kecuali sebatas kemampuannya”. QS al-Baqarah: 286
Kedua teks di atas sama-sama mengandung beberapa contoh pengertian yang tak terkira jumlahnya berupa hukum-hukum fiqh operasional.
b. Mengingat kaedah-kaedah dalam Ushul Fiqh mempunyai fungsi menggali hukum-hukum operasional maka hubungan Ushul Fiqh dengan fiqh sangat dekat sehingga dapat diumpamakan dengan hubungan ilmu mantiq (logika) dengan ilmu-ilmu filsafat atau hubungan ilmu nahwu (tata bahasa arab) dengan ilmu orasi dan mengarang. Sedangkan kaedah fiqh tidak dapat diumpamakan demikian karena ia dibangun bukan untuk memproduksi ilmu-ilmu lain, melainkan untuk menghimpun komponen-komponen atau unit-unit (juz’iyyah) yang dapat dimasukkan di dalamnya.
c. Kaedah-kaedah dalam Ushul Fiqh dapat diterapkan secara pasti kepada semua juz’iyyat (komponen) dan keseluruhan topik-topik yang ada di bawahnya. Sedangkan kaedah fiqh tidak dapat diterapkan kepada semua komponen yang ada di bawahnya. Sebaliknya, ia hanya dapat diterapkan pada kebanyakan komponen di bawahnya. Ini lantaran kaedah fiqh dibangun untuk tujuan memudahkan klasifikasi hukum-hukum juz’i di level cabang. Hukum-hukum juz'i yang mempunyai aspek persamaan satu sama lain ditarik menjadi suatu kaedah fiqh tertentu. Kondisi seperti ini tidak menafikan adanya pengecualian bagi hukum juz'i tertentu untuk tidak dimasukkan ke dalam kaedah fiqh tersebut.
d. Kaedah-kaedah dalam Ushul Fiqh terbentuk sebelum munculnya hukum hukum praktis di tingkat cabang, kerana ilmu Ushul Fiqh memang dirancang untuk mewujudkan dan menghasilkan hukum-hukum cabang. Sedangkan kaedah fiqh baru terbentuk setelah hukum-hukum cabang berhasil dibentuk dan dikreasikan oleh para Mujtahid, kemudiannya bilangan hukum-hukum tertentu dirangkumi menjadi sebuah kaedah fiqh tertentu

Lebih lanjut tentang: Perbedaan Ushul Fiqh dengan Kaedah Fiqh (al-Qawa'id al-Fiqhiyyah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar